Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Sahaja rindu

Sahaja rindu Sejak kemarin aku rindu kamu Tak apa jika kamu terlalu sibuk Mungkin kamu juga sedang merindukanku Atau malah ini hanya bagianku sendiri? Tanpa kamu Iya tanpa kamu rindu Tak apa, Nanti senja aku akan pergi Tak akan kembali seperti kata angin Walau ia terasa sama namun itu udara yang berbeda! Lampung, 09 Oktober 2018 Heni setiana

Part 2: Aku mencintaimu, Puan!

“Hei, syut syut.” Aku menoleh ke bawah, dengan was-was akan jatuh. Redo dan Dewi. Mereka benar-benar brengsek. Redo mengisyaratkan untuk turun. Aku mengerti isyaratnya “Kau laki, turun saja tak berani. Memalukan sekali.” Logat Medan Redo keluar Tiba-tiba aku melihat sosok Sekar berada di belakang Dewi dengan wajah penasaran. Ah cinta monyet memang seperti monyet beneran. Tanpa sadar, jantungku ikut terhenti. Terpana melihatnya dari atas dengan rambut tergerai panjang terhempas semilir angin. Aku menekan dada. Mencoba menghidupkan kembali detak jantung. Kamu tau apa yang terjadi setelahnya?   Aku jatuh tepat di depan Redo. Tangan kananku patah. Selama dua minggu harus di gendong. Mencatat dan mengerjakan PR semua ku serahkan Redo. Dia adalah tersangka utama. Sudah membohongiku lalu malah berhasil berbincang dengan Dewi. Lalu aku? Sudah jatuh, malu pula! Itu adalah pertama kalinya aku memandang Sekar dengan sangat dekat, diapun menyentuhku. Lembut sekali tanganya, wangi pula. A

Part 1: Aku Mencintaimu, Puan!

Bagian 1: Aku Bara, yang sedang menebak cinta Sekar (pacarku) Lembayung senja sedang asik bertengger di sisi barat. Deburan ombak pesisir barat Lampung memang menggodaku beberapa hari ini. Alunannya damai. Tenangnya menelanku perlahan. Ufuk barat menjadi pusat perhatianku. Tanpa sadar aku jatuh pada lamunan. Andai saja Sekar tidak sekaku itu dalam hal prinsipnya, di sampingku pasti sudah ada dia dengan balutan baju ketat dan hotpant . Ku lirik ke kanan, hanya ada Redo. Ia teman petualangku disini. Rasanya senyumku begitu getir. Dasar wanita kota. Namun, aku tetap menyukai sekar dengan balutan itu dibandingkan melihatnya mengenakan seragam kerjanya. Ia begitu tenang di luar, namun hatinya mudah sekali meledak ketika berurusan dengan cinta. Tak mudah mendapatkan cintanya. Kulihat lagi senja, hanya ada semburat keemasan yang tersisa, sebagai tanda kabar, matahari sudah siap kembali pada peraduannya. “Mau pulang sekarang?” Tawar Reno tanpa beranjak dari duduknya “Aku masih betah

Seperti kemarin

Seperti kemarin Seperti kemarin, hari ini pun sama Aku masih menyukaimu dengan seksama         Esok, lusa, dan yang datang Kita akan tetap bersama Bernyanyi, menari Bersiul, berdansa Semesta sedang asik bercanda Kitapun harus ikut asik bercanda Tuhan tak akan menciptakan kamu tanpa aku Semesta berkompromi Kita akan tetap asik ngopi Menikmati tiap senja yang akan terlewati Lampung, 1 5/03/2018 (17:17) Heni set iana