No. |
NORMA |
URAIAN |
CONTOH |
1. |
Cara (usage) |
Norma yang
paling lemah daya pengikatnya karena orang yang melanggar hanya mendapatkan
sanksi dari masyarakat berupa cemoohan atau ejekan. |
Orang yang bersendawa atau berdecap-decap
ketika sedang makan dan meludah di sembarang tempat hanya mendapat sanksi
berupa teguran. |
2. |
Kebiasaan (folkways) |
Kebiasaan adalah
perbuatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi bukti bahwa orang
yang melakukannya menyukai dan menyadari perbuatannya. |
Mematuhi orang
tua, menggunakan tangan kanan apabila hendak memberi sesuatu, mengetuk pintu
sebelum masuk ruangan orang lain, dan memberi salam pada saat bertamu |
3. |
Tata kelakuan
(mores) |
Aturan yang sudah diterima masyarakat
secara sadar atau tidak sadar dan dijadikan alat pengawas atau kontrol terhadap
anggota masyarakat. Tata kelakuan mengharuskan anggota masyarakat untuk
menyesuaikan tindakan dengan aturan yang berlaku. Pelanggaran terhadap tata
kelakuan akan diberi sanksi berat, seperti dipermalukan di muka umum. |
Larangan melakukan kejahatan, seperti mencuri
atau menghilangkan nyawa orang lain; larangan berjudi atau menggunakan
obat-obat terlarang. |
4. |
Adat istiadat
(custome) |
Norma ini
pada umumnya tidak tertulis, tetapi memiliki sanksi, baik langsung maupun tidak
langsung. Sanksi berupa penolakan
dari Masyarakat. Bagi Masyarakat tradisional, penolakan masyarakat merupakan
hal yang sangat menyakitkan karena sebelumnya mereka merupakan anggota
masyarakat yang hidup dari dan di dalam masyarakat. |
Di lampung, terdapat hukum adat yang
melarang perceraian. Jika aturan tersebut dilanggar, tidak hanya yang
bersangkutan yang tercemar namanya, tetapi seluruh keluarga bahkan seluruh
sukunya. Biasanya orang yang melakukan pelanggaran tersebut akan dikeluarkan
dari masyarakat |
Judul Buku : Mistisisme Jawa ( Ideologi di Indonesia ) Karya Niels Mulder Review oleh Heni Setiana 11/03/2018 Buku Niels Mulder yang berjudul “Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia” dimana penulis berusaha mengungkapkan keterkaitan antara mistisisme jawa dengan politik di zaman rezim orde baru. Dimana mistisisme adalah pembebasan individu untuk menempuh kehidupan yang lurus. Sedangkanpada masa orde baru ini menerapkan nilai-nilai yang diresmikan. Dengan begitu, nilai-nilai dijajakan oleh negara melalui indoktrinisasi P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Orde baru mencoba mengklaim mempunyai justifikasi atas nama tradisi dan keaslian. Peneliti menemukan keterkaitan pola pemikiran mistisisme Jawa dengan indokrinasi Orde Baru dalam tiga kata pokok yaitu sesuatu yang keramat, realitas lahir, dan sosok ampuh.Dalam rezim ini, Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai pusaka kramat semacam primbom. Dimana, individu yang ingin selamat maka mereka harus be...
Komentar
Posting Komentar