Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Seperti kemarin

Seperti kemarin Seperti kemarin, hari ini pun sama Aku masih menyukaimu dengan seksama         Esok, lusa, dan yang datang Kita akan tetap bersama Bernyanyi, menari Bersiul, berdansa Semesta sedang asik bercanda Kitapun harus ikut asik bercanda Tuhan tak akan menciptakan kamu tanpa aku Semesta berkompromi Kita akan tetap asik ngopi Menikmati tiap senja yang akan terlewati Lampung, 1 5/03/2018 (17:17) Heni set iana

Batas cemburu

Batas cemburu Kalau kamu tak bisa membatasi Mana yang perlu dicemburui Dan mana yang harusnya tetap dipercayai Sudah Kamu tetap disampingku saja Selalu ya Jangan pindah-pindah Lampung, 0 4/03/2018 (21:10) hen i set iana

Selebihnya, aku ingin bahagia

Pikiran kacau, hati rancu Ahh rasa penat Ingin tertidur pulas Pulas dan pulas Tapi Tuhan Paginya bangunkan ya! Aki ingin beraktivitas Memperbaiki kesalahan Aku hanya sekedar penat Ingin sejenak istirahat Selebihnya, Aku ingin bahagia Lampung, 04/03/2018 (21:06)  heni setiana

Lihat Langit!

Lihat langit Cahaya bulannya terang ya! Ada sedikit bintang Menambah keindahan Suara katak seperti sedang ritual memanggil hujan Biar saja katak yang mengharapkan hujan turun Kita cukup bersyukur mengikuti semesta Dalam romantic kolong mala mini Kuingin saja berdua Tanpa memejamkan mata Terus berdoa, kita baik-baik saja Semoga semoga selamanya, aamiin Lampung, 02/03/2018 (23:47) heni setiana 

Yang penting sama kamu!

Aku mau diet Asal kamu tidak marah Kalau kamu marah, aku tidak jadi diet Aku makan saja, asal ada kamu Kamu mau makan apa mala mini? Aku juru masaknya! Tapi kamu bantuin cuci piring ya Biar aku bahagia Lampung, 01/03/2018 (20:32) heni set iana

Analisis Film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”

            Film ini mengangkat kehidupan jalanan di kota besar. Muluk adalah tokoh utama sebagai pemuda Jakarta lulusan sarjana manajemen yang sedang mencari kerja. Hari-harinya selalu disibukkan berhalu-lalang untuk melamar pekerjaan. Sayang, berbekal ijazah sarjana manajemen tidak mengantarkan kemudahan baginya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Tem pa t satu ke tempat yang lain tidak juga memberinya peluang emas. Hingga suatu hari Muluk berfikir untuk membuka usaha sendiri dan menunjukkan kepada bapaknya sebuah buku yaitu mengeruk untungan dari berternak cacing tanah. Bapaknya yang seorang haji membuatnya ragu untuk melanjutkan usaha tersebut. Pada suatu hari dia bertemu kembali dengan seorang anak remaja yang ditemuinya dipasar tradisional yang ketahuan olehnya mencopet. Remaja itu bernama Komet ketua dari pencopet pasar. Muluk diperkenalkan dalam dunianya. Sekumpulan anak remaja itu kerjaannya adalah mencopet mulai dari pasar tradisional, angkot, bahkan sampai tempat p