Langsung ke konten utama

Review Buku AHOK (Akal Politik Sehat)

Review buku AHOK (Akal Politik Sehat)
Karya Meicky Shoreamanis Panggabean
04 Maret 2018


Sebelum sedikit mengupas buku berjudul Ahok ini, saya akan menceritakan sedikit awal mula kenapa saya mau membeli dan membaca buku biografi manta gubernur DKI Jakarta. Sejak tampil di beberapa media massa karena pencalonan beliau sebagai calon wakil gubernur dengan gandengan Paj Jokowi. “Lumayan menarik” benak saya berkata demikian. Yang satu berasal dari Kota Surakarta (Jawa Tengah), yang satu berasal dari Belitung yang notabanenya secara fisik sangat mudah dikenali bahwa beliau adalah keturunan Tionghoa yang beragama Kristen yang pasti beliau warga Negara Indonesia. Dalam Pilkada tersebut, Pak Jokowi dan Pak Ahok berhasil menaiki DKI satu. Seru nih! Indonesia semakin terlihat multikulturnya. Dimana setiap warga Negara memiliki hak untuk memilih dan dipilih.
Sampai pada tahun di mana Pak Jokowi mencalonkan diri sebagai salah satu calon presiden RI bersama partai pengusungnya. Sehingga secara otomatis, wakil akan menggantikan posisi gubernur lama dengan didampingi Pak Djarot. Semakin asik saja. Waktu itu, posisi saya di Jogja dan mulai sering mendengar pemberitaan mengenai beliau yang cukup kontravesional sebagai pemimpin yang tegas dan berani bilang salah jika memang salah. Bahkan video rapat beliau selalu diunggah disitus resmi pemerintah DKI Jakarta atas kebijakan baru beliau. Tidak jarang ketika beliau merasa ada yang salah dengan suatu perkara, maka beliau akan marah dengan sedikit ucapan yang sangat frontal. Buat saya pribadi, tidak menjadi masalah. Malah semakin penasaran dengan gaya kepemimpinan beliau yang nyentrik.
Dalam buku biografi ini, Miecky mengklaim bahwa isi dari buku Ahok (Akal Politik Sehat) hasil dari wawancara eksklusif dengan Ahok, keluarga, sahabat, dan warga. Dibagian pendahuluan, halaman XIII tertera foto tulis tangan Pak Ahok tentang Politik Akal Sehat yang berbunyi:
Politik Akal Sehat
Itu bisa dijalankan.
Apa politik akal sehat itu?
Politik untuk kepentingan orang banyak.
Taat konstitusi bukan konstituen.
Rela kehilangan jabatan demi untuk
kepentingan untuk orang banyak.
Meskipun disalahpahami.
Biar sejarah yang akan membutktikan
Kita setia dengan politik akal sehat.

Salam BTP, Ahok, 25/6/2014

Di halaman selanjutnya, tampak beberapa foto ketika beliau mendapatkan empat penghargaan sekaligus dari Bappenas, dengan kategori:
gambar 1: Pak Ahok ketika menerima penghargaan
1.        Provinsi dengan perencanaan terbaik;
2.       Provinsi dengan perencanaan inovatif;
3.       Provinsi dengan perencanaan progresif;
4.       Millennium development goals (MDGS) 2016 terbaik.
Buku ini terdiri dari lima bab yang mengulas kehidupan Seorang laki-laki bernama Basuki Tjahaja Purnama yang lahir di Manggar (Belitung Timur) 29 Juni 1966 yang kini hampir berusia 52 tahun. Ayah beliau bernama Alm. Indra Tjahaja Rurnama (Tjoeng Kiem Nam) dan Buniarti Ningsih (Boen Nen Tjauw).


Bab satu (Sekilas Mengenai Ahok dan Keputusannya untuk tidak Menyelesaikan Beberapa Jabatannya)
Sebelum menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ahok memilik jalan yang unik di dunia politik. Berdasarkan kekecewaan beliau terhadap system pemerintahan Belitung Timur sehingga pabriknya ditutup karena keberanian beliau menentang kesewenangan pejabat setempat. Bermodalkan keyakinan “Orang miskin jangan melawan orang kaya dan orang kaya jangan melawan pejabat”
Tahun 2003, Ahok (sapaan akrab Basuki Tjahja Purnama)  memutuskan terjun ke dunia politik dengan bergabungnya Ahok bersama Partai Perhipunan Indonesia Baru (PPIB)yang dipimpin oleh Dr. Sjahrir.  Tahun 2004, Ahok menjalonkan diri sebagai anggota legislative. Dengan keuangan yang sangat terbatas, beliau menolak memberikan uang kepada rakya. Hal tersebut mengantarkan Ahok pada DPRD Kabupaten Belitung Timut periode 2004 – 2009. Jabatan tersebut berlangsung selama 7 bulan saja, karena banyak dukungan untuk Ahok maju menjadi bupati tahun 2005 dan beliau berhasil mengantongi suara 37,13%. Tahun 2009, Ahok maju sebagai caleg dari Golkar dan berhasil mendapatkan suara terbanyak. Karena suatu hal, Ahok mendapatkan kursi DPR di Komisi II.
Tepat pada tahun 2012, nama Ahok semakin mencuat karena dipilih oleh Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon Wakil Gubernur DKI Jakarta dari PDI-P & Gerindra. Akhirnya menjadi pasangan yang terpilih dan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012 – 2017 mendatang. Selang beberapa tahun, Jokowi terpilih menjadi presiden dan secara otomatis Ahok naik jabatan menjadi Gubernur DKI Jakarta dengan Wakil Gubernur Djarot.

Bab dua : Mengenal Politik – Akal – Sehat Seorang BASUKI TJAHJA PURNAMA (BTP)

Gambar 2: Tulisan Tangan Pak Ahok tentang Politik Akal Sehat
BTP selain memiliki kepanjangan Basuki Tjahaja Purnama, juga memiliki kepanjangan Bersih, Transparan, Profesional. Isitilah tersebut digunakan oleh Partai Perhimpunan Indonesia Baru (partai yang membawa Ahok untuk pertama kali terjun ke ranah politik) sebagai penerjemah politik akal sehat, yang kemudia juga digunakan oleh Ahok. Politik Akal Sehat memang menuntut pelakunya untuk realistis. Contohnya, ketika beliau kampanye banyak hal-hal yang terjadi, seperti permintaan kaos partai yang berlebih sehingga membuat anggota dan simpatisan kualahan untuk menerima permintaan. Permintaan untuk menyumbang tangki air dengan janji jika Ahok mewujudkannya suara penduduk pulau tersebut mutlak memilih Ahok. Dengan gaya straight to the point Ahok menolaknya tanpa basa-basi tanpa senyum manis.

social media yang tidak menyukai dirinya, tidak jarang mereka (pembenci ahok) konten yang disebar begitu rasis dan penuh kebencian. Namun, sikap yang beliau ambil adalah tetap cuek. Beliau tidak berminat untuk mengklarifikasi atau membantah, bahkan berkomentar sedikit pun, beliau tetap tidak mau.
Untuk mewujudkan taat konstitusi bukan konstituen, ahok juga membutuhkan “gila secukupnya”. Ada beberapa pejabat yang menyebutnya gila. Hal ini ditanggapi dengan santai “Baru tahu ya kalau gue sarap. Gue emang sarap, tetapi masi lolos tes kejiwaan menjadi pejabat”. Kegilaan Ahok semakin menjadi ketika mengetahui adanya dana siluman 12,1 triliun  yang dibuat oleh DPRD. Dalam penyelamatan tersebut Ahok sudah siap pasang badan dengan apapun yang terjadi. Beliau berkata “… saya siap menjadi martir untuk ini, saya dengan senang nenyambut kematiian saya. …”

Bab tiga: Ahok dan Dunianya di Mata Para Pakar
Pada bab ini, penulis menyuguhkan informasi yang diperolehnya melalui beberapa pakar. Dan penulisannyapun secara langsung jadi secara gambling dalam pemaparan hasil wawancara (berupa Tanya jawab) seputar Ahok. Seperti Ezki Suyanto (Jurnalis senior), Handoko Gani (Ahli Digital Forensic), Hermawan Kartajaya (Ahli Pemasaran), Hilmar Farid (Ahli Sejarah), Jamin Ginting (Ali Hukum Pidana), Karel Karsten (Psikolog), Rhenald Kasali (Ahli Managemen), Sarlito Wirawan Sarwono (Psikolog), Victor Silaen (Pengamat politik). Tema wawancara disesuaikan dengan ahli bidang pakar, sehingga terlihat dari segi positif dan negative dari dalam diri seorang Ahok.

Bab Empat: Sebuah Puzzle Bernama Ahok
Bab ini membahas mengenai penggalan-penggalan kisah tentang Ahok. Dimulai dari Kisah sebuah nama kartu nama, Ahok dimata Ibunda, Ahok dan Kekristenan, Ahok dan Islam, Sisi Lain Ahok, Kerja terburu-buru vs kerja cepat, mengenal istri Ahok lebih jauh, mengintip masa lalu Ahok, dan Percayalah kata punya nyawa.
Pada sub bab Kisah sebuah kartu nama, Ahok berkata “Jarak Tuhan sejauh doa, kalau Ahok sejauh SMS, hehehe”. Di sini, Ahok memberikan edukasi yang positif bahwa yang dibagikan ketika kampanye bukanlah uang atau sembako melainkan kartu nama yang berisi nomor pribadi yang bisa dihubungi oleh warga. Taktik kampanye dengan cara sebar identitas ini awalnya membuat rakyat tidak senang, tetapi sosialisasi Politik Akal Sehat yang dianut Ahok memang butuh proses panjang. Saat pertama menjadi bupatti, SMS yang diterima 1.000an/hari yang berisi pengaduan. Keluhan warga ditanggapi, dan perlahan jumlah SMS yang diterima Ahok menurun menjadi ratusan.
Ahok dan Islam menjadi sorotan yang cukup menarik. Di mana masa penjabatan, beliau membantu pembangunan masjid, dan mengirim ustadz dan ulama-ulama yang belum bergelar Haji ke Makkah serta rajin ikut safari Ramadhan, walau tak boleh masuk masid. Ketika bulan puasa, Ahok bolak-balik mengantarkan makanan dari mobil ke pelataran masjid, lalu menunggu di parkiran sampai acara selesai.

Bablima: Teman Ahok dan Jalan Partai
Tahun 2015 Perkumpulan Teman Ahok member dukungan kepada Ahok untuk maju PILKADA 2017 melalui jalur independent. Diakhir masa pengumpulan KTP (syarat independent), KTP yang terkumpul tercatat ada 1.034.773 lembar. Wacana indepent kemajuan Ahok memang terdapat reaksi pro dan kontra dengan dampak positif dan negatif. Namun, akhirnya Ahok memutuskan maju PILKADA melalui partai politik. Di sini juga menjelaskan kenapa Ahok akhirnya memilih jalur partai politik bukan independent walau relawan sangat antusias menyambut keindependenan Ahok. Secara garis besar, Ahok menjelaskan bahwa “… Pilar demokrasi kita adalah PARPOL, seharusnya kita mengoreksi cara parpol dan bukan menghabisi parpol. …” ada pula isi wawancara denga B. Herry Priyono, P.hd seorang akademisi dan pastor Katolik. Penulis menambahkan bahwa Pak Herry adalah orang yang bisa menilai Ahok dengan jernih.
Buku ini cukup menarik dengan menyediakan informasi Biografi Basuki Tjahaja Purnama dengan mewawancarai narasumber utama dengan didukung cerita kisah hidup masa kecilnya melalui teman-teman dekat dan keluarga Ahok. Namun, pemaparan wawancara secara langsung terlalu banyak apalagi pada bagian bab tiga. Serta pandangan Penulis yang memang menyukai karakter seorang Ahok sehingga titik kelemahan Ahok kurang terkupas banyak. Lebih banyak menampilakn sisi positif seorang Ahok. Untuk informasi yang diperoleh dari pegawainya masih sangat minim. Selebihnya, buku ini layak dibaca yang ingin mengetahui Ahok lebih jauh melalui karya tulis.


Karya Meicky Shoreamanis Panggabean (2016)
Halaman                    : 360 halaman
Penyunting                : Tim Noura Books
Penata Aksara                     : Sari Abdinagari, Denny P.
Perancang Sampul : Iggrafix
Foto Sampul              : Boweetea

Diterbitkan oleh Noura Books
PT Mizan Publika (Anggota IKAPI)
Jln. Jagakarsa No. 40 RT.007/RW.04, Jagakarsa – Jakarta Selatan 12620
Telp: 021-78880556, Faks : 021-78880563
http://www.noura.co.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TINGKATAN NORMA BERDASARKAN KEKUATAN MEMAKSANYA:

No. NORMA URAIAN CONTOH 1. Cara ( usage) Norma yang paling lemah daya pengikatnya karena orang yang melanggar hanya mendapatkan sanksi dari masyarakat berupa cemoohan atau ejekan. Orang yang bersendawa atau berdecap-decap ketika sedang makan dan meludah di sembarang tempat hanya mendapat sanksi berupa teguran. 2. Kebiasaan ( folkways) Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi bukti bahwa orang yang melakukannya menyukai dan menyadari perbuatannya. Mematuhi orang tua, menggunakan tangan kanan apabila hendak memberi sesuatu, mengetuk pintu sebelum masuk ruangan orang lain, dan memberi salam pada saat bertamu 3. Tata kelakuan ( mores) Aturan yang sudah diterima masyarakat secara sadar atau tidak sadar dan dijadikan alat pengawas atau kontrol terhadap anggota masyarakat. Tata kelakuan mengharu

Materi Lembaga Pendidikan

NOTE: 1. Silakan catat di buku sosiologi catatan 2. Kirim hasil catatan yang sudah selesai ke whatsapp 082325347235 dengan format: Salam Nama Lengkap Kelas Picture Lanjutan Materi Lembaga Keluarga dengan Submateri Unsur-unsur Lembaga Keluarga.   Silakan lanjut mencatat Lembaga Pendidikan Pada Picture ini silakan untuk diringkas sesuai kebutuhan anda Lanjut mencatat FUNGSI LEMBAGA PENDIDIKAN Part I (jangan diringkas) Part II Fungsi Lembaga Pendidikan Lanjut mencatat Unsur-Unsut Lembaga Pendidikan Jika sudah selesai, baca kembali Note di atas! Terimakasih

Mistisisme Jawa (Ideologi di Indonesia)

Judul Buku : Mistisisme Jawa ( Ideologi di Indonesia ) Karya Niels Mulder Review oleh Heni Setiana 11/03/2018 Buku Niels Mulder yang berjudul “Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia” dimana penulis berusaha mengungkapkan keterkaitan antara mistisisme jawa dengan politik di zaman rezim orde baru. Dimana mistisisme adalah pembebasan individu untuk menempuh kehidupan yang lurus. Sedangkanpada masa orde baru ini menerapkan nilai-nilai yang diresmikan. Dengan begitu, nilai-nilai dijajakan oleh negara melalui indoktrinisasi P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Orde baru mencoba mengklaim mempunyai justifikasi atas nama tradisi dan keaslian. Peneliti menemukan keterkaitan pola pemikiran mistisisme Jawa dengan indokrinasi Orde Baru dalam tiga kata pokok yaitu sesuatu yang keramat, realitas lahir, dan sosok ampuh.Dalam rezim ini, Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai pusaka kramat semacam primbom. Dimana, individu yang ingin selamat maka mereka harus be