Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang karena tuntutan kebutuhan dan pengaruh keyakinan, pikiran, serta ambisi tertentu dipersatukan dalam kehidupan kolektif. Sistem dan hukum yang terdapat dalam suatu masyarakat mencerminkan perilaku-perilaku individu karena individu-indivu tersebut terikat dengan hukum dan sistem tersebut.
Masyarakat |
SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI DI INDONESIA
Sosiologi di Indonesi sebenarnya telah berkembang sejak zaman dahulu. Para pujangga dan tokoh bangsa Indonesia telah banyak memasukkan unsur-unsur sosiologi dalam ajaran-ajaran mereka, walaupun tidak mempelajari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sri Paduka Mangkunegoro IV, misalnya telah memasukkan unsur tata hubungan manusia pada berbagai golongan yang berbeda (intergroup relation) dalam ajaran Wulang Reh (Selo Soemardjan dalam Soekanto, 1982).
Ki Hadjar Dewantara banyak mempraktikkan konsep-konsep penting sosiologi, seperti kepemimpinan dan kekeluargaan, dalam proses pendidikan di Taman Siswa yang didirikannya. Hal ini tercermin pada semboyan pendidikan yang digunakan Taman Siswa, yaitu "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" yang berarti di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan.
Pada masa sebelum perang dunia II, Sosiologi belum dipelajari dan digunakan sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Secara formal, Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshoogeschool) di Jakarta pada waktu itu menjadi satu-satunya lembaga perguruan tinggi yang mengajarkan mata kuliah sosiologi di Indonesia, walau hanya sebagai pelengkap mata kuliah ilmu hukum.
Sosiologi di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat cukup signifikan setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
Soenario Kolopaking adalah orang pertama kali memberikan kuliah sosiologi dalam bahasa Indonesia pada tahun 1948 di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta (sekarang menjadi fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM). Sejak saat itu, sosiologi mulai mendapat tempat dalam insan akademisi di Indonesia, apalagi setelah semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk menuntut ilmu di luar negeri.
"Sejak tahun 1950, banyak pelajar Indonesia yang khusus mendalami sosiologi di luar negeri kemudian mengajarkan ilmu itu di Indonesia."'
Buku Sosiologi dalam bahasa Indonesia pertama kali ditulis oleh Djody Gondokusumo dengan judul Sosiologi Indonesia (1946) yang membuat beberapa pengertian mendasar dari sosiologi. Kehadiran buku ini mendapat sambutan baik dari golongan terpelajar di Indonesia mengingat situasi revolusi yang terjadi saat itu.
Buku tersebut seakan mengobati kehausan mereka akan ilmu yang dapat membantu mereka dalam usaha memahami perubahan-perubahan yang terjadi demikian cepat dalam masyarakat Indonesia.
Sekitar rahub 1950, muncul buku Sosiologi yang diterbitkan oleh Bardosono yang merupakan sebuak diktat kuliah sosiologi baik ditulis oleh orang Indonesia maupun terjemahan dari bahasa asing. Contoh, Buku Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia (1920) karya Hassan Shadily dan Buku Social Changes in Yogyakarta (1962) karya Selo Soemardjan.
Tulisan-tulisan tentang masalah-masalah sosiologi juga tersebar di berbagai majalah, koran, dan jurnal. Selain itu, muncul pula fakultas ilmu sosial dan politik di berbagai universitas di Indonesia. Di beberapa universitas, didirikan jurusan sosiologi yang diharapkan dapat mempercepat dan memperluas perkembangan sosiologi di Indonesia.
Tokoh yang juga sangat berperan dalam perkembangan sosiologi di Indonesia adalah Selo Soemardjan. Selain banyak menulis buku sosiologi, Soemardjan juga mengajar sosiologi di Universitas Indonesia dan merupakan Pendiri Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (Sekarang menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik). Peranan yang besar membuat Selo Soemardjan dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesi.
Bapak sosiologi disematkan kepada Auguste Comte, karena perannya dalam mencetuskan nama "Sosiologi" serta ketekunan comte dalam mengilmiahkan bahasan sosiologi untuk menjadikan sebuah ilmu yang dapat diakui dan dipelajari.
"Comte berkaca dari fenomena dalam masyarakat Prancis setelah terjadinya Revolusi Prancis. Masyarakat Prancis dilanda konflik antarkelas."
Comte melihat fenomena tersebut terjadi karena hilangnya norma atau pegangan bagi masyarakat dalam bertindak. Masyarakat tidak lagi mengetahui cara mengatasi perubahan akibat revolusi dan hukum-hukum yang dapat dipakai untuk mengatur tatanan sosial masyarakat.
Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri. Ia memberi nama bagi ilmu yang akan lahir itu dengan istilah Sosiologi. Comte menyatakan bahsa sosiologi adalah ilmu tentang gejala sosial yang tunduk pada hukum alam dan tidak berubah-ubah.
"Sosiologi harus dibentuk berdasarkan pengamatan tersebut harus disusun secara sistematis dan metodologis."
Pandangan Comte tentang penetapan metode positif dalam sosiologi membuatnya dipandang sebagai perintis Positivisme.
PENGERTIAN SOSIOLOGI
Secara etimologi, sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu Socius yang berarti sosial dan Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, sosiologi ialah ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
LATIHAN SOAL:
Menurut Bouman, Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang... .
- hubungan sosial antarsesama manusia
- struktur sosial dan proses sosial
- perubahan sosial
- antaraksi yang timbul di masyarakat
- hubungan timbal balik antarmasyarakat
- ilmu mengenai interaksi sosial dan organisasi sosial
- ilmu yang menganalisis aspek sosiologi dan stratifikasi sosial
- ilmu yang mempelajari mengenai struktur sosial dan proses sosial
- ilmu yang memplajari hubungan antara manusia dan kelompoknya
- ilmu mengenai kehidupan kelompok manusia
- sebuah penelitian secara ilmiah tentang interaksi sosial dan hasilnya
- ilmu pengetahuan tentang struktur dan proses sosial
- ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dengan kelompok
- ilmu sosial yang kategoris, murni, dan abstrak
- ilmu tentang masyarakat
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan. Adapun ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
- Sosiologi bersifat Empiri
- Sosiologi bersifat Teoritis
- Sosiologi bersifat Kumulatif
- Sosiologi bersifat Nonetis
Contoh dari ciri-ciri sosiologi:
Sosiologi bersifat empiris. contohnya, seorang peneliti melakukan penelitian tentang bencana banjir yang sering terjadi di Pasanggrahan dengan cara mengamati kebiasaan masyarakat Pesanggrahan dalam mengelola lingkungannya.
Sosiologi bersifat Teoritis. Contohnya, ketika seorang sosiolog sedang melakukan penelitian, ia harus memperhatikan fenomena atau gejala sosial budaya masyarakat yang diteliti agar hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Sosiologi bersifat Kumulatif. Contohnya, saat meneliti perkembangan Kota Jakarta dari kota besar menjadi kota metropolitan, seorang peneliti harus menggunakan teori dan konsep masyarakat tradisional serta teori dan konsep masyarakat modern.
Sosiologi bersifat Nonetis. Contohnya, saat meneliti fenomena maraknya pengemis atau peminta-minta pada bulan ramadhan, seorang peneliti tidak boleh bersikap menyalahkan subjek penelitian.
Sosiologi berfungsi untuk memberikan data sosial yang diperlukan pada tahan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembangunan.
- Tahap perencanaan, hal yang harus diperhatikan adalah kebutuhan sosial.
- Tahap Pelaksanaan, hal yang harus dilihat adalah kekuatan masyarakat serta proses perubahan sosial.
- Tahap Penilaian, hal yang harus dilaksanakan adalah analisis terhadap dampak sosial pembangunan.
2. UNTUK PENELITIAN
Dalam penelitian, akan diperoleh suatu rencana penyelesaian masalah sosial yang baik. Di negara yang sedang berkembang, peran sosiolog sangat dibutuhkan. Berdasarkan data yang dihasilkan dari penelitian sosiologis, para pengambil keputusan dapat menyusun rencana penyelesaian suatu masalah sosial. contohnya adalah cara untuk mencegah kenakalan remaja dan mengatasi masalah pengangguran.
3. UNTUK ADVOKASI KEBIJAKAN
Sosiologi berfungsi sebagai basis data dan sumber berlangsungnya advokasi kebijakan dalam isu-isu publik, seperti pemberdayaan masyarakat marjinal (kelas buruh, petani, dan nelayan) atau konflik horizontal di masyarakat. Dalam pengambilan kebijakan dari berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta, peran sosiologi sangat dibutuhkan karena dapat memberikan data yang akurat sebagai bahan pertimbangan kebijakan.
PERAN SOSIOLOGI
Komentar
Posting Komentar