Langsung ke konten utama

Analisis Kelompok Sosial kelas XI



Kelompok diperlukan untuk bertahan hidup

kita sering mendengar kalimat, "manusia adalah makhluk sosial". keinginan untuk membentuk lingkaran sosial dan menghindari kesepian terbentuk bahkan zaman prasejarah dan sudah menjadi bagian dari evolusi manusia. Ketika manusia manusia masih hidup secara nomaden, banyak hal yang dapat mengancam nyawa di sekitar kita: serangan Binatang buas, cuaca ekstrem, dan sulitnya mencari makanan. Berbagai ancaman ini tidak mungkin dihadapi sendiri sehingga kita mulai membentuk kelompok untuk bertahan hidup.

Memenuhi kebutuhan primer seperti makanan bukanlah hal sepele. Diperlukan koordinasi dan kerjasama untuk dapat menangkap hewan liar untuk santapan hari itu. Satu hewan ini pun ukurannya terlalu besar untuk dihabiskan sendiri, sehingga hasil buruan dipanggang dan dimakan bersama-sama sehingga semakin mempererat hubungan di zaman itu. Bekerja sama jelas lebih menguntungkan dibanding hidup sendiri-sendiri apalagi bersaing. Manusia adalah makhluk sosial karena hidup jauh lebih mudah ketika kita berkelompok dan memiliki tujuan yang sama.

Ketika ada kelompok yang terbentuk, akan muncul beberapa kesamaan yang menjadi identitas kelompok. Identitas kelompok ini sering kita sebut sebagai budaya yang berkembang dalam Batasan geografis tertentu dan berkembang dalam waktu yang sangat lama. Kita akhirnya membangun kelompok-kelompok sosial berdasarkan kesamaan identitas yang dimiliki. Konsekuensinya, identitas individu (aktivitas, kebiasaan, tujuan, nilai-nilai hidup, dll). Pun mau tidak mau harus sejalan dengan identitas kelompok.

Apabila ada seseorang yang merugikan kelompoknya atau tidak memiliki identitas individu yang sejalan dengan kelompoknya, ia akan dijauhi dan dikeluarkan dari lingkungan tersebut. Sendiri tanpa kelompok memunculkan rasa kesepian yang diasosiasikan dengan perasaan tidak aman. Tubuh kita sangat peduli dengan kebutuhan sosial ini karena dahulu keberadaan kelompok menjadi indikator penting dari keberlangsungan hidup. Proses pengondisian selama puluhan ribu tahun membuat kesendirian dan diasingkan menjadi salah satu alarm bagi kita, untuk menghentikan perilaku yang tidak sesuai di dalam kelompok. Dengan menghentikan perilaku tersebut, kita berupaya agar tetap memiliki kelompok yang tentu akan membantu meningkatkan kemungkinan kita bertahan hidup.

Kesendirian di masa pemburu-pengumpul (hunter-gatherer) adalah persoalan hidup dan mati. Tanpa kelompok, tidak ada yang bisa membantu kita untuk berburu makanan atau mempertahankan diri dari serangan musuh atau hewan buas. Tanpa kelompok, kita tidak bisa membangun peradaban. Manusia membangun hubungan sosial karena hubungan sosial memberikan kita keamanan dan menjamin kelangsungan hidup manusia.

Perkembangan Teknologi Industri dan Urbanisasi

Era revolusi industry membuka banyak lapangan pekerjaan baru di kota-kota besar. Orang-orang yang sebelumnya mencari nafkah dengan bercocok tanam dan mengelola lahan, sekarang berbondong-bondong ke kota untuk bekerja di pabrik. Tak jarang mereka harus pergi meninggalkan keluarganya di desa. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang berpindah dari desa ke kota lain. Lingkaran sosial yang erat terbentuk sejak raturan bahkan ribuan tahun di pedesaan, akhirnya runtuh dan dibentuk ulang di perkotaan.

Tinggal di kota memiliki dinamika yang jauh berbeda dibanding di pedesaan. Di tempat asalnya, setiap orang tinggal berjauhan karena luasnya lahan pertanian yang dimiliki. Di kota mereka harus tinggal di tempat yang sempit dan padat. Bukankah harusnya keramian ini justru mengurangi kesepian? Sepertinya yang terjadi justru sebaliknya. Kebanyakan mereka yang pindah ke kota bertujuan untuk mencari pekerjaan dan tidak lahir di kota itu. Lingkaran sosial yang mereka miliki ditinggalkan di tempat asalnya. Dengan waktu yang sudah dihabiskan untuk mencari nafkah, sangat sulit untuk membangun lingkungan sosial baru. Ingat bahwa lingkungan sosial tidak dibentuk dalam waktu yang singkat, melainkan butuh proses bertahun-tahun.

Di kota banyak orang dari berbagai daerah dan budaya yang berbeda melebur menjadi satu. Sama halnya seperti ribuan tahun sebelumnya, kelompok dibentuk dengan kesamaan individu dengan individu lainnya yang menjadi identitas kelompok. Sedikitnya orang yang memiliki identitas serupa, bisa membuat seseorang yang merasa asing dikehidupan sehari-hari. Di desa, semua orang yang ditemui di jalan pastidikenal sampai ke keluarga dan pekerjaannya sehari-hari. Pedagang di pasar mungkin dikenal dengan baik, pengrajin sepatu langganan mungkin adalah teman masa kecil, dan setiap malam meronda jaga malam Bersama di balai desa. Di kota, banyak orang yang tidak dikenal dekat karena hanya rekan kerja, hanya sering lewat, dan hanya menjadi pelayan yang menyediakan makanan di tempat makan. Membangun hubungan sosial butuh waktu, sementara perputaran lingkungan sosial di kota sangat cepat.

 Sepi dalam Ramai di Dunia Digital

Mudah bagi kita untuk mengasumsikan bahwa perkembangan teknolosi komunikasi seharusnya membantu kita mengurangi rasa kesepian. Asumsi ini muncul, karena semakin mudah bagi kita untuk menjalin hubungan komunikasi dengan orang yang berada jauh dari kita. Nyatatanya, kita tetap bisa merasakan sepi di dalam keramaian dunia digital.

Perkembangan teknologi memudahkan kita mencari berbagai informasi baru. Dengan berbagai kemudahan ini, tidak hanya interaksi yang diperlukan jadi semakin sedikit, semakin mudah juga bagi kita untuk mencari pemikiran dan hobi baru. Proses pembentukan identitas diri akhirnya menjadi semakin spesifik dan sempit. Contohnya saja, mudah bagi kita mencari berbagai jenis budaya pop dari belahan dunia lain. Sekelompok remaja yang tinggal di gang yang sama tidak lagi berbagi minat dan identitas yang sama. Remaja A mungkin menyukai K-Pop, remaja B menyukai anime dan J-Pop, yang satu lagi menyukai Jazz dan RnB. Dahulu, identitas diri sangat lekat dengan kelompok yang terbatas secara geografis. Sekarang, ragam informasi mudah kita temukan dan gabungkan menjadi identitas diri kita yang sangat unik.

Mudah disimpulkan bahwa seiring berjalannya waktu, individualisme menjadi semakin kuat. Ekspresi identitas diri dan aktualisasi diri jadi semakin mudah. Sayangnya, identitas diri ini juga menjadi masalah baru ketika kita ingin membentuk lingkaran sosial.

Identitas diri yang lekat dengan kelompok membantu kita mengidentifikasikan diri dengan sebuah kelompok tertentu. Seperti di masa pemburu-pengumpul, kita cenderung mencari kelompok untuk mendapatkan rasa aman. Oleh karena identitas diri dan kelompok kita saat ini sangat unik, tak jarang kelompok ini mungkin hanya ada di dunia maya. Sulit menemukan orang lain yang sesuai dengan identitas unik diri kita di sekitar. Alhasil, rasa aman hanya didapatkan di dunia maya tapi tidak di dunia nyata. Kitapun jatuh ke dalam lingkaran setan yang mendorong kita untuk terus fokus ke komunitas kita di dunia maya, ketimbang di dunia nyata. Kesepian mendorong kita kembali ke komunitas maya, menjauhkan dari kehidupan sosial di sekitar kita, menyebabkan kesepian lebih lanjut, dan siklus ini pun terus berlanjut.

Manusia sudah melewati proses adaptasi selama ribuan tahun, dan kita berhasil bertahan hingga saat ini sebagai spesies manusia karena kita selalu bersama dan berkelompok. Namun, perubahan drastis di abad ini yang dipercepat oleh revolusi industri dan teknologi, seolah memaksa kita untuk hidup sendiri. Apakah kedepannya kita mampu menjadi spesies yang hidup secara soliter tanpa berbagi identitas kelompok, dan tanpa merasakan kesepian? Atau sebaliknya, kita evaluasi lagi tatanan kehidupan saat ini dan mencoba lebih meningkatkan hubungan sosial? Entah akan condong ke mana, jawaban atas pertanyaan tersebut akan bergantung pada upaya kita bersama sebagai manusia, secara kolektif, untuk terus membentuk budaya dan tatanan sosial yang ada.

SOAL ANALISIS!

1. Mengapa manusia membutuhkan kelompok sosial untuk bertahan hidup?

2. Apa yang dimaksud dengan identitas diri dan identitas kelompok?

3. Pesatnya perkembangan teknologi informasi, kelompok sosisl tidak hanya terbentuk di lingkungan sekitar kita. Tetapi juga terbentuk di dalam dunia maya. Dampak positif apa yang didapatkan dengan perkembangan teknologi informasi dalam basis pembentukan kelompok sosial yang semakin luas?

4. Apa yang dimaksud dengan revolusi industri?

5. Apa dampak adanya revolusi industri untuk kehidupan manusia?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TINGKATAN NORMA BERDASARKAN KEKUATAN MEMAKSANYA:

No. NORMA URAIAN CONTOH 1. Cara ( usage) Norma yang paling lemah daya pengikatnya karena orang yang melanggar hanya mendapatkan sanksi dari masyarakat berupa cemoohan atau ejekan. Orang yang bersendawa atau berdecap-decap ketika sedang makan dan meludah di sembarang tempat hanya mendapat sanksi berupa teguran. 2. Kebiasaan ( folkways) Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi bukti bahwa orang yang melakukannya menyukai dan menyadari perbuatannya. Mematuhi orang tua, menggunakan tangan kanan apabila hendak memberi sesuatu, mengetuk pintu sebelum masuk ruangan orang lain, dan memberi salam pada saat bertamu 3. Tata kelakuan ( mores) Aturan yang sudah diterima masyarakat secara sadar atau tidak sadar dan dijadikan alat pengawas atau kontrol terhadap anggota masyarakat. Tata kelakuan mengharu

Materi Lembaga Pendidikan

NOTE: 1. Silakan catat di buku sosiologi catatan 2. Kirim hasil catatan yang sudah selesai ke whatsapp 082325347235 dengan format: Salam Nama Lengkap Kelas Picture Lanjutan Materi Lembaga Keluarga dengan Submateri Unsur-unsur Lembaga Keluarga.   Silakan lanjut mencatat Lembaga Pendidikan Pada Picture ini silakan untuk diringkas sesuai kebutuhan anda Lanjut mencatat FUNGSI LEMBAGA PENDIDIKAN Part I (jangan diringkas) Part II Fungsi Lembaga Pendidikan Lanjut mencatat Unsur-Unsut Lembaga Pendidikan Jika sudah selesai, baca kembali Note di atas! Terimakasih

Mistisisme Jawa (Ideologi di Indonesia)

Judul Buku : Mistisisme Jawa ( Ideologi di Indonesia ) Karya Niels Mulder Review oleh Heni Setiana 11/03/2018 Buku Niels Mulder yang berjudul “Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia” dimana penulis berusaha mengungkapkan keterkaitan antara mistisisme jawa dengan politik di zaman rezim orde baru. Dimana mistisisme adalah pembebasan individu untuk menempuh kehidupan yang lurus. Sedangkanpada masa orde baru ini menerapkan nilai-nilai yang diresmikan. Dengan begitu, nilai-nilai dijajakan oleh negara melalui indoktrinisasi P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Orde baru mencoba mengklaim mempunyai justifikasi atas nama tradisi dan keaslian. Peneliti menemukan keterkaitan pola pemikiran mistisisme Jawa dengan indokrinasi Orde Baru dalam tiga kata pokok yaitu sesuatu yang keramat, realitas lahir, dan sosok ampuh.Dalam rezim ini, Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai pusaka kramat semacam primbom. Dimana, individu yang ingin selamat maka mereka harus be