Langsung ke konten utama

Hasil wawancara anak jalanan


 

1. Narasumber Pertama Reski (9 tahun, kelas 3 SD) 

Berapa Umur anda saat ini?

Narasumber pertama yaitu Reski (R) umur 9 tahun kelas 3 SD, sudah menjadi pengamen jalanan selama beberapa hari, R memiliki orang tua yang bekerja sebagai pengamen keliling menggunakan karaoke dorong, mereka mengamen antara waktu siang dan malam. Berdasarkan hal ini peneliti menyimpulkan bahwa orang tua R secara tidak langsung menggambarkan bagaimana kehidupan sebagai pengamen yang dapat mempengaruhi aspek psikologis R dan mendorong secara tidak langsung untuk menjadi pengamen seperti orang tuanya, karena biarpun orang tua R secara jelas melarang untuk menjadi pengamen seperti yang dituturkan ketika penulis mengajukan pertanyaan kenapa tidak pernah bilang ke orang tua kalau kamu mengamen, R menjawab:

“Nggak, nanti takut diomelin.”

Melalui penuturan R telihat ketakutan bila orang tuanya mengetahui bahwa ia menjadi pengamen, karena orang tuanya melarang R untuk menjadi pengamen. Meski begitu R tetap mengamen karena ia termotivasi berikut penuturan R ketika penulis menanyakan mengapa ia mengamen, R menjawab:

“Gapapa, biar sekalian bantu keluarga”87

Jawaban pertanyaan tersebut terlihat bahwa R berniat membantu orang tuanya dengan cara mengamen, karena ia termotivasi untuk membantu ekonomi keluarganya. Karena orang tua R yang bekerja sebagai pengamen karaoke dorong yang berpenghasilan berkisar 200 ribu sehari dapat menjadi alasan kuat mengapa R ingin menjadi pengamen karena tergolong mudah untuk anak dibawah umur mendapatkan uang dari rasa iba masyarakat karena melihat R yang masih kecil. Selain itu R menuturkan bahwa orang tuanya terutama ayahnya hanya lulusan sekolah


dasar, hal tersebut diketahui ketika peneliti menanyakan perihal pendidikan orang tuanya:

“Katanya ayah aku dia cuma lulus SD, makanya aku disuruh belajar biar jadi pinter.”

Hal ini menjadi faktor yang kuat mengapa orang tua R hanya bekerja sebagai pengamen karaoke dorong, maka dari itu R sangat termotivasi untuk membantu orang tuanya, meski begitu selain melarang R untuk mengamen orangtuanya juga menganjurkan agar R giat belajar agar menjadi lebih pintar. Selain untuk membantu orang tua, penghasilan R sebagai pengamen juga disisihkan untuk diberikan kepada orang tua dan juga digunakan untuk menambah biaya jalan-jalan yang diselenggarakan oleh sekolah serta untuk keperluan jajannya, berikut penuturannya ketika R ditanya untuk apa uang hasil mengamen yang ia hasilkan:

“Diberikan ke orang tua untuk kebutuhan sehari-hari, buat nambahin bayar jalan jalan dari sekolah, serta untuk jajan sehari-hari89

Dari jawaban tersebut tergambarkan bahwa biaya perjalanan yang diselenggarakan sekolah tidak sedikit, dan terkesan bahwa orang tua R tidak mampu untuk selalu mengikutsertakannya. Sehingga R sangat terdorong untuk mencari uang sebagai pengamen untuk menabung agar bisa ikut serta di acara yang diselenggarakan sekolahnya. Selain itu dari segi sosial ekonomi terlihat bahwa orang tua R yang hanya lulusan SD dan bekerja sebagai karaoke dorong tidak dapat memenuhi kebutuhan biaya sekolah R secara penuh.


2. Narasumber Kedua Mustofa (11 tahun, kelas 5 SD)

Narasumber kedua, Mustofa (M) berumur 11 tahun kelas 5 SD, sudah menjadi pengamen selama 2 tahun, M merupakan anak dari pasangan yang bercerai, semenjak orang tua M bercerai ia memutuskan untuk ikut bersama ayahnya dan ayahnya menikah dengan ibu yang

88Lampiran hasil wawancara dengan Reski pada tanggal 24 Agustus 2019

mempunyai 5 anak, sehingga M memiliki seorang kakak kandung dan 5 orang kakak tiri yang semuanya telah bekerja. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan dan ibu tirinya yang hanya mengurus rumah. Berdasarkan hasil wawancara M mengatakan bahwa ia mengamen sehabis pulang sekolah yaitu pukul 5 sampai 10 malam dan hampir setiap hari M mengamen.

Adapun motif M menjadi pengamen didasari niat untuk membantu orang tua dan atas kemauannya sendiri seperti penuturan dibawah ini ketika M ditanya perihal apa yang menyebabkan M menjadi pengamen:

“Untuk bantu orang tua dan juga diajak temen-temen, trus kemauan sendiri juga”90

Atas dasar ini penulis menyimpulkan bahwa M menjadi pengamen tanpa melalui paksaan dari siapapun. Lalu selanjutnya ketika lebih mendalam menanyai perihal orang tua M terungkap bahwa ayahnya merupakan lulusan SMP dan ibunya lulusan SD.

“Ayah aku lulusan SMP dan ibu lulusan SD katanya”91

Terlihat dari pendidikan yang lebih rendah dari rata-rata angkatan kerja saat ini yaitu SMA sederajat, hal ini semakin memperkuat bahwa karena kondisi sosial ekonomi keluarga menguatkan motif M menjadi pengamen untuk membantu orang tua dan untuk menambah uang jajan semakin menguat ketika penulis menanyakan berapa penghasilan ayahnya sebagai buruh bangunan:

“Kadang 500, 800 atau 900 seminggu, kerjanya juga kalo dipanggilsama orang aja”92

Berdasarkan jawaban tersebut penulis menyimpulkan bahwa ayah M tidak memiliki penghasilan yang tetap untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan juga sekolahnya, karena ayahnya hanya bekerja ketika mendapat panggilan orang untuk menjadi buruh bangunan yang mana tidak terjadi setiap bulan.


Hal selanjutnya yang mengejutkan adalah ketika M ditanya apakah orang tua pernah melarang M untuk menjadi pengamen, berikut penuturan M:

“Nggak pernah, di bebasin aja”93

Dari jawaban tersebut penulis menyimpulkan mengapa orang tua M membebaskannya untuk jadi pengamen ialah berkaitan dengan status sosial ekonomi yang dimiliki ayahnya yang merupakan lulusan SMP dan memiliki penghasilan yang tergolong kecil karena bekerja sebagai buruh bangunan yang tidak memiliki penghasilan yang menentu.


3. Narasumber Ketiga Fadli (9 tahun, kelas 3 SD)

Narasumber ketiga, Fadli (F) berumur 9 tahun kelas 3 SD, menjadi pengamen jalanan selama 3 bulan, F memiliki adik yang berusia 4 tahun, ayah yang bekerja sebagai buruh parkir sekaligus ojek online dan ibunya bekerja pedagang ditempatnya sekolah sekolahnya. Meski keduanya lulusan smp, ketika orang tua F mengetahui dirinya mengamen mereka melarang keras dirinya untuk menjadi pengamen, berikut penuturan F:

“Ayah sama ibu tau, mereka bilang gaboleh ngamen karena bahaya buat anak kecil”94

Dari jawaban tersebut orang tua F melarang dirinya untuk menjadi pengamen karena pekerjaan tersebut membahayakan dirinya. Namun, F tetap menjadi pengamen karena ia termotivasi untuk menabung, berikut penuturan F:ketika ditanya kenapa masih melakukannya padahal sudah dilarang orang tuanya:

“Aku mau nabung, buat jalan-jalan sekolah”95

Dari jawaban tersebut terlihat bahwa motif F sangat jelas yaitu untuk menabung karena ingin mengikuti jalan-jalan yang diadakan oleh sekolahnya, berdasarkan hal ini peneliti menyimpulkan bahwa biaya yang dibutuhkan untuk jalan-jalan yang diselenggarakan sekolah menelan biaya yang tidak sedikit, karena orang tua F tidak menyanggupi

93Lampiranhasil wawancara dengan Mustofa pada tanggal 24 Agustus 2019

94Lampiran hasil wawancara dengan Fadli pada tanggal 30 Agustus 2019

untuk membayar iuran yang ditetapkan sekolah maka F memutuskan untuk menjadi pengamen agar dapat mendapat uang untuk mengikuti kegiatan tersebut.

Terdapat hal yang menarik dari wawancara terhadap F, yaitu meski orang tuanya mengetahui dan melarang keras ia uuntuk menjadi pengamen, akan tetapi setiap mendapatkan uang hasil mengamen F selalu memberi uang kepada ayahnya dan mengakui mendapatkan uang tersebut berasal dari hasil ia mengamen, berikut penuturan F ketika ditanya mengenai hal tersebut:

“Dikasih terus bilangnya dari ngamen, biasanya ngasih 10-20rb ke ayah”96

Dari jumlah nominal yang diberikan kepada ayahnya, memang tidak banyak namun terlihat motif yang kuat bahwa F ingin membantu perekonomian keluarga dengan uang yang diberikan kepada ayahnya. Jika dilihat dari segi status sosial ekonomi yang dimiliki orang tua F, terlihat bahwa orang tua F secara tidak langsung memberikan ijin F untuk mengamen karena ketika ia memberikan sejumlah uang kepada orang tuanya F mengakui bahwa uang tersebut berasal dari mengamen.


4. Narasumber Keempat Arfan (12 tahun, kelas 6 SD)

Narasumber keempat Arfan (A) umur 12 tahun kelas 6 SD, sudah menjadi pengamen jalanan selama 1 tahun, A memiliki seorang adik berumur 2 tahun dan 2 kakak masing-masing bekerja dan masih bersekolah kelas 3 smp. A memiliki orang tua yang bekerja sebagai petani dan tinggal di kampung dikarenakan penyakit yang diderita ibunya sehingga terpaksa harus dibawa ke kampung, berikut penuturan A ketika ditanya perihal kedua hal tersebut:

“Ayah sama ibu aku petani dikampung nanem padi.97

“Dulu mama sakit jadi dibawa kekampung, jadi aku tinggal disinisamaabang aku yang udah kerja tinggal dirumah tante”98

96Lampiran hasil wawancara dengan Fadli pada tanggal 30 Agustus 2019

Berdasarkan hal tersebut karena orang tua A tinggal di kampung maka ia di asuh oleh tantenya yang berada di parung, menariknya sepupu A yang merupakan anak dari tantenya juga bekerja sebagai pengamen, ia mengaku bahwa ia mengamen atas dasar keinginnannya sendiri karena melihat temannya mengamen dapat menghasilkan uang. Namun, sepupu A menjadi pengamen karena disuruh oleh tantenya yang sudah berlangsung semenjak sepupunya kecil, berikut penuturan A perihal kenapa sepupunya mengamen:

“Aku ngamen karna liat temen dapet duit”99

“Dia udah ngamen dari kecil, disuruh sama tante aku”100

Berdasarkan jawaban diatas A secara tidak langsung terpengaruh oleh temannya, akan tetapi sepupunya yang juga mengamen karena disuruh oleh orang tuanya menjadi faktor yang sangat kuat sehingga mengakibatkan A menjadi pengamen jalanan. Hal lain juga membuktikan bahwa status sosial ekonomi yang dimiliki oleh tantenya yang seorang lulusan smp dan tidak bekerja, berikut penuturan A akan hal tersebut:

“Dia gak kerja sih yang aku liat, dirumah terus soalnya.”101

Dari jawaban tersebut terlihat bahwa tantenya yang tidak bekerja dan juga secara jelas tantenya menyuruh sepupu A untuk mengamen sehingga. Hal ini dikarenakan status sosial ekonomi yang rendah mengakibatkan A dan sepupunya menjadi pengamen jalanan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

5. Narasumber Kelima Vino (9 tahun, kelas 4 SD)

Narasumber kelima Vino (V) berumur 9 tahun kelas 4 SD, menjadi pengamen jalanan selama setahun, V memiliki 3 orang kakak yang pertama sudah bekerja, kedua sekolah tingkat smp dan ketiga kelas 5 sd. Orang tua ayah yang bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah kantor


di kawasan gondangdia dan ibunya bekerja sebagai pedagang es ditempatnya sekolah.

“Ayah kerja kantoran, ibu dagang es disekolah”.102 “Ayah kerja di daerah gondangdia”103

Yang menarik disini adalah ayah dari V merupakan pekerja kantoran yang berdasarkan penuturan V ayahnya memiliki gaji sebesar 5 juta perbulan, hal ini menggambarkan bahwa sebenarnya ekonomi keluarga V dapat dikatakan cukup dan juga ditambah penghasilan ibunya yang berdagang minuman ringan di sekolah. Akan tetapi V memiliki motivasi tersendiri untuk mengamen mengamen karena kemauannya sendiri dan juga ingin menabung untuk biaya outing sekolah yang ingin diikutinya. Beirkut penuturan V menyebutkan alasannya mengapa ingin menjadi pengamen.

“Karna pengen ngamen aja biar dapet uang, biar bisa nabung juga”104

Berdasarkan jawaban diatas, V sebenarnya memiliki orang tua dengan keadaan ekonomi yang cukup baik. Namun, karena V ingin menabung untuk kebutuhan outing class yang diselenggarakan sekolahnya maka V berinisiatif untuk menabung hasil yang ia peroleh dari menjadi pengamen jalanan.

Dalam penemuan wawacara kali ini status sosial ekonomi yang dimiliki oleh keluarga V bisa dibilang cukup baik, karena meski keduanya merupakan lulusan SMK, tetapi mereka dengan tegas melarang V untuk menjadi pengamen, berikut penuturan V ketika ditanya apakah orang tuanya mengetahui kalau ia menjadi pengamen:

“Tau, gaboleh ngamen tapi aku mau nyari uang sendiri, dua-duanya marah kalo tau aku ngamen”105


Dari jawaban tersebut terlihat bahwa orang tua V tidak lah setuju dan melarang keras ia untuk menjadi pengamen. Hal ini terjadi karena status sosial ekonomi yang dimiliki orang tua V dapat dikatakan cukup baik, karena pekerjaan, penghasilan dan pendidikan orang tua V lebih tinggi dari responden lainya.


sumber: https://123dok.com/article/hasil-wawancara-anak-jalanan-hasil-penelitian-pembahasan.yngrlo9p 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TINGKATAN NORMA BERDASARKAN KEKUATAN MEMAKSANYA:

No. NORMA URAIAN CONTOH 1. Cara ( usage) Norma yang paling lemah daya pengikatnya karena orang yang melanggar hanya mendapatkan sanksi dari masyarakat berupa cemoohan atau ejekan. Orang yang bersendawa atau berdecap-decap ketika sedang makan dan meludah di sembarang tempat hanya mendapat sanksi berupa teguran. 2. Kebiasaan ( folkways) Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi bukti bahwa orang yang melakukannya menyukai dan menyadari perbuatannya. Mematuhi orang tua, menggunakan tangan kanan apabila hendak memberi sesuatu, mengetuk pintu sebelum masuk ruangan orang lain, dan memberi salam pada saat bertamu 3. Tata kelakuan ( mores) Aturan yang sudah diterima masyarakat secara sadar atau tidak sadar dan dijadikan alat pengawas atau kontrol terhadap anggota masyarakat. Tata kelakuan mengharu

Materi Lembaga Pendidikan

NOTE: 1. Silakan catat di buku sosiologi catatan 2. Kirim hasil catatan yang sudah selesai ke whatsapp 082325347235 dengan format: Salam Nama Lengkap Kelas Picture Lanjutan Materi Lembaga Keluarga dengan Submateri Unsur-unsur Lembaga Keluarga.   Silakan lanjut mencatat Lembaga Pendidikan Pada Picture ini silakan untuk diringkas sesuai kebutuhan anda Lanjut mencatat FUNGSI LEMBAGA PENDIDIKAN Part I (jangan diringkas) Part II Fungsi Lembaga Pendidikan Lanjut mencatat Unsur-Unsut Lembaga Pendidikan Jika sudah selesai, baca kembali Note di atas! Terimakasih

Mistisisme Jawa (Ideologi di Indonesia)

Judul Buku : Mistisisme Jawa ( Ideologi di Indonesia ) Karya Niels Mulder Review oleh Heni Setiana 11/03/2018 Buku Niels Mulder yang berjudul “Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia” dimana penulis berusaha mengungkapkan keterkaitan antara mistisisme jawa dengan politik di zaman rezim orde baru. Dimana mistisisme adalah pembebasan individu untuk menempuh kehidupan yang lurus. Sedangkanpada masa orde baru ini menerapkan nilai-nilai yang diresmikan. Dengan begitu, nilai-nilai dijajakan oleh negara melalui indoktrinisasi P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Orde baru mencoba mengklaim mempunyai justifikasi atas nama tradisi dan keaslian. Peneliti menemukan keterkaitan pola pemikiran mistisisme Jawa dengan indokrinasi Orde Baru dalam tiga kata pokok yaitu sesuatu yang keramat, realitas lahir, dan sosok ampuh.Dalam rezim ini, Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai pusaka kramat semacam primbom. Dimana, individu yang ingin selamat maka mereka harus be