Langsung ke konten utama

Membangun Bonding Orang Tua dan Anak dengan Read Aloud





Halo parents, saya Heni Setiana seorang Enthusiast Read Aloud yang sudah Mengikuti Training Of Trainer Read Aloud dengan Bu Roosie Setiawan. Serta seorang Fasilitator Sidina Community yang bermitra dengan Kemdikbudristek.

Kali ini saya ingin berbagi manfaat tentang Read Aloud, yaitu membangun Bonding antara Orang Tua dan Anaknya. Sebelum lanjut manfaat dari Read Aloud, kita kenalan dulu ya sama "Apa Sih Read Aloud, itu?"

 Read Aloud adalah aktivitas sederhana, di mana kita menyisihkan waktu untuk membacakan cerita secara terus menerus yang berdampak membuat biasa mendengar/menyimak (listening level), mau membaca, dan akhirnya bisa membaca (independent reading).

Di mana ketika orang tua membacakan buku cerita dengan suara yang nyaring, supaya anak dapat mendengarkan apa yang dibacakan oleh orang tuanya. Usahakan dengan menggunakan suara yang berbeda-beda untuk setiap karakter. Ketika kegiatan Read Aloud, cukup dengan kisaran waktu 10 menit setiap hari. Jadi, parents dapat memilih buku bacaan yang tidak panjang, ya. Karena kegiatan Read Aloud tidak hanya sekedar orang tua membacakan buku. Tetapi, anak diajak berdiskusi juga seperti mengingat nama tokoh cerita, tempat kejadian, atau bahkan untuk memecahkan masalah dari konflik yang didapatkan dari cerita.

Metode Read Aloud dapat digunakan sejak anak masih di dalam kandungan sekalipun, karena menurut penelitian 90% perkembangan otak manusia terjadi pada usia 0 - 6 tahun.


"Menurut anda, urusan membaca merupakan tugas siapa?"

Guru di sekolah, kah? Kita baca hasil riset di bawah ini dulu, ya!


Mengapa Read Aloud?



Listening
Anak-anak pada tahap awal perkembangan adalah "mendengar" di mana ketika anak lahir, hal yang paling pesat berkembang adalah pendengaran. Anak-anak yang belum dapat berbicara, ketika orang tua rajin membacakan buku maka pada fase ini si anak sedang menabung kosakata sebagai bekal anak pada fase selanjutnya.

Speaking
Tahap selanjutnya "Berbicara" pada fase ini, si anak sudah memiliki banyak kosa kata untuk diucapkan dari hasil orang tuanya rutin membacakan nyaring dari usia 0 bulan. Sehingga perkembangan anak pada fase speaking lebih cepat menguasai kosa kata baru dari membaca buku.

Reading
Tahap "Membaca", karena anak sudah terbiasa dengan buku sejak dini makan dia mampu mengenali perkata tanpa mengeja. Seperti yang ditulis dalam buku  Montessori : Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja, Karya  Vidya Dwina Paramita menyebut bahwa "Yang terpenting dalam tahapan membaca adalah memastikan anak langsung dapat mengorelasikan rangkaian huruf yang dibaca atau dibunyikan dengan makna yang telah ia kenal dan ia pahami." (Halaman: 63) 

Pada proses Read Aloud, orang tua selain membacakan nyaring juga menunjuk tulisan yang dibaca supaya anak melihat dan mengkoordinasikan antara mata dan telinga ketika orang tua membacakan nyaring.

Writing
Tahap selanjutnya adalah "Menulis", pada fase ini orang tua memastikan bahwa otot tangan anak sudah dilatih untuk persiapan menulis. Anak dapat diajak dengan permainan yang mengasah motorik halus ataupun kasar untuk melatih tangannya bergerak sesuai koordinasi otaknya.

Mengapa Read Aloud? 

Karena membaca nyaring  merupakan salah satu stimulasi terbaik untuk keterampilan mendengarkan. Kemampuan untuk mendengarkan merupakan syarat penting untuk belajar, baik dalam sekolah maupun di luar sekolah.

Dengan Read Aloud, tahapan listening-speaking-reading-writing dapat terpenuhi sesuai tahapan fase anak. Pembendaharaan kosa kata ataupun memberikan ruang anak berimajinasi dengan gambar dari buku yang dilihatnya. 




Membacakan nyaring kepada anak, kita suka menjadi frustasi sendiri. Anak tidak bisa duduk diam mendengarkan, merebut buku yang sedang dibaca, atau bahkan tiba-tiba teriak tidak memperdulikan orang tuanya yang sedang berusaha membacakan cerita.

Anak usia toddler, terutama di mana usia ini mereka sangat aktif sekaligus sangat tertarik dengan hal-hal baru.

Apa yang dilakukan ketika anak tidak mau diam, malah asik bermain sendiri?

Lanjutkan bercerita, dan usahakan untuk menarik perhatian anak dengan apa yang ada di buku. seperti "Wahh si Naya teriak ketakutan karena melihat hewan di ujung dinding. Kira-kira ini hewan apa ya, nak?"

Ketika anak kembali mendekat dan berusaha mencari tahu yang sedang terjadi, kita menanyakan kembali "Ini hewan apa, ya? sepertinya ini laba-laba. coba di dinding kita ada laba-laba tidak, ya?" ucapkan dengan nada perlahan (tidak cepat-cepat).

Bagaimana dengan anak yang merebut buku yang sedang dibacakan?

Berikan buku tersebut, dan biarkan anak melihat dan menyentuh bukunya. Ajak anak berinteraksi "Coba rasakan bukunya dengan mengelus, nak. Coba cium aromanya, wangi tidak". Anak sedang mencoba berkenalan dengan buku tersebut. Atau berikan pilihan "Apakah kamu mau yang memegang bukunya? dan Bunda yang membacakan cerita?"


BAGAIMANA CARA MENANAMKAN KEBIASAAN READ ALOUD?

Kita bisa mecontoh keluarga Susan dan Ted Williams


  • Membacakan buku kepada anak selama 30 Menit setiap malam (konsisten setiap hari)
  • Sediakan buku di berbagai sudut rumah
  • Fokus membacakan nyaring kepada anak bukan mengajarinya membaca


Langkah membaca nyaring

Sebelum membacakan buku kepada anak, siapkan dulu buku yang sesuai dengan usia anak. Parents perlu survei terlebih dahulu dengan cara membaca bukunya. Sehingga, parents dapat menentukan ekspresi serta suara karakter yang akan dibuat ketika nanti membacakan nyaring.

Bacakan secara nyaring, supaya walau anak berada tidak dekat dengan parents, dia tetap dapat mendengar apa yang dibacakan. Usahakan memilih buku yang banyak dialognya. Ketika selesai membacakan, parents dapat berdialog dengan memberikan beberapa pertanyaan, seperti "Siapa yang akan naik kereta, ya? Tadi sebelum pergi ke stasiun si Naya harus mempersiapkan apa?" Parents dapat menggali pertanyaan dari buku yang telah dibacakan. Jika usia anak sudah memungkinkan berdiskusi, ajak anak untuk memecahkan masalah dari konflik yang ada di buku. Atau ajak anak berandai jika terjadi pada dirinya, dan apa yang perlu dilakukan.

Manfaat membacakan nyaring, salah satunya adalah Menstimulasi Think Aloud yaitu ada kata-kata yang dipelajari, nilai moral yang didapatkan, serta anak dapat berpikir kritis serta kreatif. Ketika membacakan nyaring, kita mengenalkan Literasi kepada anak dengan menambah kosa kata anak, anakpun mengenal berbagai macam bunyi-bunyian, kemampuan mendengar, berbicara dan lain-lain. 

Karena parents fokus dan mindful membacakan nyaring tanpa melakukan kegiatan lain serta meluangkan waktu kepada anak-anak, makan hal ini juga menjadi salah satu aktivitas membangun Bonding orang tua dan anak. Menciptakan tanya jawab bahkan menjadi teman diskusi tanpa menghakimi antara anak dan orang tua.



Dengan rutinitas membacakan nyaring, anak-anak belajar cukup banyak  hal. Waktu bersama yang sedikit, namun sangat berkualitas lebih baik dibandingkan waktu bersama lebih banyak namun perhatian orang tua terhadap anak harus terbagi dengan yang lain.

Terimakasih parents
Sudah dengan senang hati, membuka pikiran dan mengosongkan gelas untuk mau belajar demi anak-anak. Pada dasarnya, orang tua tidak pernah berhenti belajar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TINGKATAN NORMA BERDASARKAN KEKUATAN MEMAKSANYA:

No. NORMA URAIAN CONTOH 1. Cara ( usage) Norma yang paling lemah daya pengikatnya karena orang yang melanggar hanya mendapatkan sanksi dari masyarakat berupa cemoohan atau ejekan. Orang yang bersendawa atau berdecap-decap ketika sedang makan dan meludah di sembarang tempat hanya mendapat sanksi berupa teguran. 2. Kebiasaan ( folkways) Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi bukti bahwa orang yang melakukannya menyukai dan menyadari perbuatannya. Mematuhi orang tua, menggunakan tangan kanan apabila hendak memberi sesuatu, mengetuk pintu sebelum masuk ruangan orang lain, dan memberi salam pada saat bertamu 3. Tata kelakuan ( mores) Aturan yang sudah diterima masyarakat secara sadar atau tidak sadar dan dijadikan alat pengawas atau kontrol terhadap anggota masyarakat. Tata kelakuan mengharu

Materi Lembaga Pendidikan

NOTE: 1. Silakan catat di buku sosiologi catatan 2. Kirim hasil catatan yang sudah selesai ke whatsapp 082325347235 dengan format: Salam Nama Lengkap Kelas Picture Lanjutan Materi Lembaga Keluarga dengan Submateri Unsur-unsur Lembaga Keluarga.   Silakan lanjut mencatat Lembaga Pendidikan Pada Picture ini silakan untuk diringkas sesuai kebutuhan anda Lanjut mencatat FUNGSI LEMBAGA PENDIDIKAN Part I (jangan diringkas) Part II Fungsi Lembaga Pendidikan Lanjut mencatat Unsur-Unsut Lembaga Pendidikan Jika sudah selesai, baca kembali Note di atas! Terimakasih

Mistisisme Jawa (Ideologi di Indonesia)

Judul Buku : Mistisisme Jawa ( Ideologi di Indonesia ) Karya Niels Mulder Review oleh Heni Setiana 11/03/2018 Buku Niels Mulder yang berjudul “Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia” dimana penulis berusaha mengungkapkan keterkaitan antara mistisisme jawa dengan politik di zaman rezim orde baru. Dimana mistisisme adalah pembebasan individu untuk menempuh kehidupan yang lurus. Sedangkanpada masa orde baru ini menerapkan nilai-nilai yang diresmikan. Dengan begitu, nilai-nilai dijajakan oleh negara melalui indoktrinisasi P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Orde baru mencoba mengklaim mempunyai justifikasi atas nama tradisi dan keaslian. Peneliti menemukan keterkaitan pola pemikiran mistisisme Jawa dengan indokrinasi Orde Baru dalam tiga kata pokok yaitu sesuatu yang keramat, realitas lahir, dan sosok ampuh.Dalam rezim ini, Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai pusaka kramat semacam primbom. Dimana, individu yang ingin selamat maka mereka harus be